Perkenalan Hati

Kemeja jeans, celana jeans,  tas selempang kecil dan tatanan rambut yg sedikit acak-acakan. Dia adalah alasanku untuk kembali ke kota pelajar.

Ya walaupun bukan hanya dia, tapi dia termasuk salah satunya,urutan kedua selain Masjid Nurul Ashri yg tidak ada duanya. Pasti kalian belum tau siapa Dia, mari ku kenalkan.......

Dia adalah seorang laki-laki (pastinya) anak ke empat dari 5 bersaudara, tinggal disebelah Kota Pelajar. Ya.. pokoknya kalau naik kereta memakan waktu perjalanan 1 jam. Dia kuliah di jurusan yg pandai menghitung yang mahasiswanya didominasi laki-laki dan pastinya di Universitas yg orang-orang pasti sudah tau dimana. Dia (dulunya) pemain olahraga yg digemari wanita. Dia suka bercerita dan berbicara, karna disetiap pertemuan kita aku slalu menjadi seseorang yang mendengarkan semua kisahnya dengan seksama. Saat sedang bercerita, Dia tidak akan pernah sanggup lama-lama beradu mata, sedangkan mataku hanya tertuju disana tidak kemana-mana sampai dia selesai bercerita. Dia selalu memamerkan deretan giginya setiap kita bersua. Aku pikir dia memang murah senyum ke semua orang?

Semenjak kedatanganku kita baru bertemu dua kali. Jum'at lalu dan Sabtu ini. Jum'at lalu aku yg mengajaknya, sedangkan kemarin ajakannya. Jadi aku menyimpulkan, kita akan bertemu satu kali dalam seminggu. Aku tidak sesibuk itu, tapi Dia. Dia pasti pulang ke rumahnya setiap minggu dan sibuk mencari sesuatu untuk hidup katanya dan yg jelas kuliah juga. Kemarin-kemarin karna aku memang menghabiskan banyak waktu dengan temanku,  mumpung mereka belum kembali ke kampung halamannya. Buatku sih nggak masalah, selama aku dan Dia masih di kota yg sama. Rindunya nggak seberat kalau di rumah, karna udah kebayang jauhnya..

Jangan salah sangka dulu, kita bukan apa-apa. Mungkin hanya aku yg ada apa-apa, tapi dia tidak. Itu sih kesimpulan ku sampai detik ini, kecuali Allah punya rencana lain. Kita emang ga pernah ada kejelasan apa-apa hanya menjalani apa yg ada.

Aku kembali kesini untuk memastikan apakah Dia termasuk ke dalam list "alasan" Atau bukan. Sepertinya setelah dua kali pertemuan ini dan percakapan online dari pertama kali hingga sekarang yg tidak pernah terhenti, jawabanku..... Mungkin. Mungkin aku tidak akan mengawali jika aku tidak mengijinkan Dia datang. Entah kenapa waktu itu pintuku sengaja tidak dikunci sehingga Dia bisa masuk dan sampai sekarang aku belum mau mengusirnya malah memberinya tempat tinggal. Aku berharap dia tidak menjadi parasit di rumahku. Aku sebenernya ingin mengunci pintunya agar dia tidak pergi, tapi aku masih takut. Takut kalau dia nantinya akan mencari cara untuk membobol pintu saat dia ingin keluar dan pergi. Dia tidak pernah meminta kunci sehingga kubiarkan dia keluar masuk sesuka hati. Meskipun disaat dia sedang pergi aku selalu mencari, dan menantinya untuk kembali. Sampai sekarang dia masih kembali. Apakah aku harus mempersiapkan diri jika suatu saat ditinggal sendiri?

Aku bingung bisa dalam beberapa hari kita sedekat nadi, namun keesokan harinya kita sejauh matahari. Aku benar-benar tidak mengerti apa yg ada dipikirannya namun aku enggan untuk bertanya. Aku takut melampaui batas privasi dari pribadi masing-masing, sehingga aku hanya bisa menunggu dan menerima. Aku tidak bisa bertingkah apa-apa. Mungkin ada orang lain disana yang aku tidak mengetahuinya. Jika begitu yasudah habislah hati ini dibuatnya.

Comments

Popular posts from this blog

Amazing Show ILLUCINATI TOUR at Bogor

Kuliah Day-1 (BAD DAY)

Sore ini